Ukhuwah dan Kepedulian
Posted 2 April 2009
on:- In: e-dIARY
- 5 Comments
Gue terima dikenal dengan orang yang keras dan tidak pernah memahami perasaan akhwat bila sedang bicara dan mengkritisi, gue terima itu. Tapi apakah mereka tidak tahu kenapa gue begitu keras terhadap mereka. Silakan marah, silakan benci, it’s no problem for me, karena bukan wajah kalian yang aku rindui, tapi wajah Rabb-ku.
Saban hari, dari waktu ke waktu, setiap ada kegiatan, para akhwat yang mengaku kader dakwah ini, selalu teriak kepada ikhwan ketika mereka mendapat mandate/amanah untuk membuat kegiatan. Dari hal yang besar sampai yang sepele sekalipun, ikhwan selalu jadi andalan. Sudah begitu jauh mereka mengandalkan ikhwan, hingga mereka tidak tahu, apakah saudaranya itu sudah makan atau belum, letih atau tidak, perkuliahannya baik atau tidak, tugas kuliah sudah dibuat atau tidak. Pokoknya SMS kader-kader dakwah manja ini akan terus menghiasa HP ikhwan.
Siapakah yang disalahkan dalam hal ini, akhwat atau ikhwannya sendiri ?. pertama Ikhwan, begitu sang akhwat “mewek” meminta bantuan langsung dihadapan mereka, si ikhwan yang entah apa saat itu isi pikirannya, langsung saja menerima peralatan yang diberikan oleh sang akhwat. Gue marah, dan sangat marah dengan hal ini,
Karena pada saat itu saudaraku ini membawa bungkusan dari seorang akhwat katanya, dia bilang tolong tempelkan kertas untuk spanduk sebuah acara. Gua Tanya, kenapa Cuma seperti ini saja harus ikhwan yang mengerjakannya ? apakah tidak bisa mereka mengerjakan sendiri, ada berapa orang dalam kos-kosan mereka itu, itulah kata yang kuucapkan kepada saudaraku seorang ikhwan, dan dia hanya bisa menjawab, “afwan akh, ana tak sanggup menolaknya”, what the hell with this words, hah ?? mereka tidak sadar bahwa secara tidak langsung telah mencetak kader-kader akhwat yang manja, tidak militant selalu menaruh ketergantungan. Hingga salah seorang ikhwan yang sudah berada dikampungnya pun juga diteror oleh para akhwat agar membantu menyukseskan acara mereka – Muslimah Leadership Training – pada periode ini.
Padahal ikhwan yang dikampung tersebut sedang istirahat, karena ketika kader yang lain pulang kampong dia sendiri yang tidak, karena begitu banyak amanah yang mengalir tanpa henti kepadanya, ana mencintai antum akh !!! , amanah dari orang-orang yang tak punya perasaan, selalu membawa tameng ukhuwah dan dakwah, tanpa tau kondisi sebenernya yang dialami sang ikhwan. Inikah ukhuwah itu ???, dimana 3 T itu, Ta’aruf, Tafahum dan Takafful ???.
Ikhwan yang kelewat polos ini, selalu saja mengatakan “IYA” ketika akhwat butuh bantuan dia, sangat sulit bibirnya mengatakan “Tidak”, tanpa dia sadari ada hal yang lebih urgent dari kegiatan akhwat tersebut, padahal bila dirunut dalam hal profesionalitas, pekerjaan akhwat ya memang harus akhwat yang mengerjakannya. Padahal yang mereka pintakan tolong ini bukanlah pekerjaan berat. Dimana letak kebersamaan antar sesame akhwat disana ?, sementara untuk hal sepele masih saja ikhwan dilibatkan, bahkan ikhwan yang dikampungpun mereka repotkan, dimana hati dan otakmu ukhti ?.
Berkacalah pada akhwat UNJA, mereka tidak pernah merepotkan ikhwannya, besar mana kampus kita dengan mereka, akhwat Unja itu semuanya mereka kerjakan sendiri, kita bisa lihat kualitas kader akhwat Unja itu, semua militan dan mandiri. Mereka terbiasa berjuang sendiri menyelesaikan masalah dan melaksanakan kegiatan yang besar maupun yang terkecil.
Tidak Malu Dengan Akhwat “Junior” [Baru], ukh ?
Pertanyaan ini wajar gue keluarin buat mereka – kader akhwat manja ini – bila hal ini dilihat oleh mereka, maka secara tidak langsung mereka akan mencontoh kalian, ukh ? mereka pasti membatin, “ ahh klo pekerjaan mentok kan bisa teriak ke Ikhwan “, sopan banget kan ?, bagaimana kita bisa melahirkan generasi yang berkualitas, kalau kita sudah memberi contoh yang salah kepada mereka.
Perlu diingat, apakah kelak, ikhwan dimasa yang akan datang sama dengan ikhwan yang sekarang. Gue ini keras ukh, bukan untuk apa-apa, karena ini bukti cinta dan kepedulian gue terhadap saudari-saudari gue. Begitu banyak kesalahan yang gue lihat sepanjang perjalanan kita dibarisan dakwah ini.
Muwashofat Dakwah, pada point Harisun ála Waqtihi siapa yang paling sering membangkel, ini kebiasaan kalian, selalu telat, dan dengan manis kalian hanya bisa bilang “afwan akh, ana telat” BOSAN banget dengernya. Gue kalo masalah waktu, gue orang yang nomor satu mematuhinya, karena ia adalah pedang yang akan siap siaga memenggal kita.
Hilangkan sifat manja kalian, agar generasi kedepan benar-benar militant dan akhwat yang tangguh, mereka bisa menyelesaikan segala problem-problemnya sendiri, tanpa campur tangan ikhwan, namun bila ada yang melecehkan harga diri kalian, baru teriakin ini Ikhwan semua. Kami siap dengan segala daya dan upaya untuk membela kalian. Tapi kalo untuk masalah kecil, kami sudah diteriaki, maka disini ada unsure human error-nya, alias “macet”.
Afwan jiddan, bila antunna tersinggung, tapi gue lebih tersinggung dan terluka ketika melihat seorang kader dakwah yang teraniaya tanpa kalian sadari. Semoga Allah Azza Wa Jalla memudahkan segala urusannya. Buat antunna semua mulai sekarang Keep Fight, karena jangan coba-coba teriak ke ikhwan untuk hal yang sepele. INGAT ITU !!! alih-alih mati syahid, ehh malah mati konyol ( Low Quality ), Na’udzubillah. Hanya ini jalan satu-satunya buat gue membuktikan rasa ukhuwah dan kepedulian terhadap semua saudara gue di jalan dakwah ini. salah kata, mohon dikritik. Wallahu a’lam
5 Tanggapan to "Ukhuwah dan Kepedulian"
bismillahirrahmanirrahim.
kaget…., 5 kata itu yang keluar dari mulut ana ketika membaca tulisan antum. tidak menyangka, kalo hari ini mendapati tulisan seperti ini. ana cuma sedikit berkomentar tentang tulisan ini. terkadang dalam satu jama’ah hendaklah kita saling membantu. kadang disisi lain akhwat punya banyak kekurangan dan kekurangan itu bisa dibantu oleh ikhwan unuk menyempurnaknnya, itulah seni berorganisasi ada saling bantu, ada prinsip kebersamaan, dan apapun yang kita kerjakan haruslah didiasari oleh keihklasan hanya kepada ALLAH.
mengomentari permasalahan ini, ana rasa kita harus saling terbuka. kadang tidak semua akhwat tahu bagaimana kondisi ikhwan, apakah dia banyak tugas, sedang lelah, ada maslah, dan sedang makan sekalipun. oleh karena itu jika para ihkwan tidak bisa mebantu KATAKANLAH SEJUJURNYA jangan disimpan didlam hati apalagi didalam peti. dengan penjelasan yang syr’i mungkin kami para akhwat bisa memahami. karena MEMINTA BANTUAN IKHWAN menurut kami pra akhwat adalah PILIHAN dan JALAN TERAKHIR disaat kami sedang mentok. disaat kami tidak bisa memasang spanduk yg tempatnya cukup tinggi. disaat kami kurang faham mengaplikasikan media tekhnologi, disaat kami tidak bisa menjemput makan siang yang jumlahnya kurang lebih 100 ke sungai duren, disaat kami tidak bisa membawa 10 dus kota berisi air mnum. dan fahamilah akhi kami tidak seperti kalian yang diciptakan memiliki kekuatan melebihi kalian.
belajarlah untuk terbuka, jangan merasa bisa membantu kalo dibelakang hanya bisa mengadu,
insya ALLAH sebisa mungkin kami tidak akan meminta bantuan kpd para ikhwan lagi, mohon do’anya semoga tidak timbul sikap eksterem dan egois antara ikhwan n akhwat, demi keutuhan dakwah ini
allahua’lam
ini kasus di kampus antum? tulisan antum membuat an bersyukur sekali kuliah di kampus berembel2 institut. ITSq tercinta. Kalau di sini kebalik, entah jargon darimana bisa beredar ‘ikhwan tangguh, akhwat perkasa, angkat galon sendiri, mengurus percetakan, sampe harus ngelab malam2. Bahkan mawapresnya dari akhwat. Terima kasih buat para ikhwan yg ‘streng’ menjaga adab dan ;lurus2 saja”.Tapi ya itu, jangan tanya masalah penampilan. jangan sampe dibandingkan dg akhwat jakarta, jauh. kok jauh2, UNAIR sajalah. Kami biasa diasumsikan dg penampilan yg ‘seadanya’, gak matching apalagi modis. Tapi skrg sudah mulai luntur sih.
1 | whatever
10 April 2009 pada 23:37
ane sedih ngebaca tulisan antum. sedih…BGT.
iya, mungkin akhwat terlalu manja. syukron atas tegurannya. tapi sekali lagi ane bilang, ane sedih, ane dak nyangka kalo ternyata selama ini ikhwan merasa direpotkan oleh akhwat.
emang beberapa hari ini ane bingung kenapa dengan beberapa akhwat kok kayaknya sensitif tuk minta bantuan ikhwan. dan akhirnya ane baru nyadar habis baca cerita antum. ane atas nama pribadi dan teman2 MOHON MAAF YANG SEBESAR-BESARNYA KEPADA SELURUH IKHWAN YANG MERASA DIGANGGU, DIREPOTKAN, DISUSAHKAN OLEH AKHWAT. afwan. afwan jiddan. karena kami gak tau apa yang terjadi. dikiraain mereka dengan senang hati membantu pekerjaan itu. sekali lagi afwan jiddan.
semoga Allah membalas segala kebaikan dengan yang terbaik. dan satu hal saja, semoga kejadiaan ini tidak membuat nilai ukhuwah itu sendiri longgar.wallahu a’lam.wasalam